JUDUL: ROBOHNYA SURAU KAMI
TEKSTUAL: ROBOHNYA SURAU KAMI
1.
Maka
kira-kira satu kilometer dari pasar akan sampailah di jalan kampung itu. Pada
simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu.
Dan di ujung jalan terdapat sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang
airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.
2.
Dan
di pelataran kiri surau itu akan ditemui seorang tua yang biasanya duduk di
sana, dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun
ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.
2.1
Sebagai
penajaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang
dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari
hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang
mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu
dikenal.
2.2
Ia
lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya
itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta
imbalan apa-apa.
2.3
Tapi
kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah
surau itu tanpa penjaganya. Surau itu sudah menunjukkan tanda-tanda akan
hilangnya nilai kesucian.
3.
Sang
penulis menceritakan tentang masa lalu yang tidak menyenangkan mengenai
kerobohan kesucian surau ini. Biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah
dongeng yang tak dapat disangkal kebenarannya. Kemudian sang penulis
menceritakan kisahnya.
3.1
Sekali
hari ia datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimanya, karena ia
suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram.
3.2
Ia
datang ke tempat kakek itu dan menanyakan perihal pisau itu.
3.3
Kakek
itu menjawab, bahwa pisau itu adalah milik Ajo Sidi.
3.4
Maka
ia ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama ia tak bertemu. Dan ia ingin bertemu
lagi. Ia senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan
bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia
begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya
ialah karena semua pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek
dan ceritanya menjadi pameo akhirnya.
3.5
Tiba-tiba
ia ingat lagi pada Kakek dan kedatang Ajo Sidi kepadanya.
3.6
Sang
kakek menceritakannya sambil ia ingin melampiaskan kemarahan terhadapnya.
3.7
Ia
ingin bertanya perihal kelanjutan dari kisahnya dengan Ajo Sidi. Tapi Kakek
diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena ia telah berulang-ulang
bertanya, lalu sang kakek bertanya padanya, "Kau kenal padaku, bukan?
Sedari kau kecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang
kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua
pekerjaanku?"
3.8
Saat
muda ia disini. Tak ingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti
orang lain.Tak kupikirkan hidupnya sendiri. Ia tak ingin cari kaya, bikin
rumah. Segala kehidupannya, lahir batin, ia serahkan serahkan semuanya kepada
Allah Subhanahu wataala. Ia merasa tek pernah menyusahkan orang lain.
Tapi kini ia dikatakan manusia terkutuk, umpan neraka.
3.9
Ia
merasa kasihan kepada sang kakek dan mengumpat Ajo Sidi.
4.
Sang
kakek melanjutkan ceritanya.
4.1
Pada
suatu waktu, kata Ajo Sidi memulai bahwa di akhirat, Allah memeriksa
orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di
tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang
yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang
yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh.
4.2
Ia
terlihat tenang dalam antrian di Padang Masyar untuk menunggu giliran ditanya
oleh Allah perihal kegiatan yang dilakukan sewaktu di dunia.
4.3
Akhirnya
sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu
Tuhan mengajukan beberapa pertanyaan.
4.4
Ketika
Tuhan mengajukan pertanyaan di ujung kepada sang kakek, Haji Saleh, ia tak
dapat menjawab lagi. Ia
telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan
bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut
pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus
dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya.
5.
Api
neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia
menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas
neraka itu.
5.1
Tuhan
bertanya kembali padanya, namun Haji Saleh merasa sudah cukup untuk
menceritakan kebaikannya.
5.2
Dan dengan kemurkaan Tuhan,Haji Saleh
langsung dibawa masuk ke neraka dan digiring ke tempat itu.
5.3
Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di
neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih
kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua
orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri.
5.4
Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan
bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh,
orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
5.5
Haji Saleh bertanya perihal perlakuan mereka,
namun mereka tidak mengerti alasan mengapa mereka sampai digiring ke neraka.
5.6
Mereka melayangkan protes kepada Tuhan.
5.7
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru
bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah,
ia memulai dengan kesaksiannya kepada Tuhan bahwa mereka adalah hamba-Nya yang
beriman.
5.8
Namun Tuhan berkata kepada mereka tentang
tempat asal mereka sewaktu hidup
di dunia.
5.9
Mereka menjawab Indonesia sebagai tempat asal
mereka.
5.10 Mereka juga menceritakan keadaan umat manusia termasuk
umat muslim di Indonesia yang serba kacau dan tidak menentu serta banyak
terjadi permasalahan yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
5.11 Namun
dengan kemurkaan-Nya, Ia menyuruh para malaikat untuk menggiringnya ke neraka
karena mereka terlalu banyak beribadah, sehingga lupa akan urusan dunia.
5.12
Semua
menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai
Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan di
kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada
Tuhan.
5.13
Ia
bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu dan malaikat itu
menjawab dengan jawaban yang sama yang diberikan oleh Tuhannya.
5.14
Dan
inilah akhir dari cerita yang diberikan Ajo Sidi, yang diceritakan oleh kakek
itu (Haji Saleh) kepadanya.
6.
Dan
besoknya, ketika ia mau turun rumah pagi-pagi, istrinya berkata apakah ia tak
pergi melayat.
6.1
Ia
bertanya kepada istrinya mengenai siapa yang meninggal.
6.2
Istrinya
menjawab bahwa yang meninggal itu adalah sang kakek penjaga surau itu.
6.3
Sang
kakek mati dengan cara menggorok pisau cukur itudi lehernya. Ia mati bunuh
diri.
6.4
Ia
segera mencari Ajo Sidi ke rumahnya karena ia merasa bahwa ia adalah pelakunya
yang menyebabkan sang kakek mati bunuh diri.
6.5
Tapi
ia berjumpa dengan istrinya saja. Lalu ia tanya padanya perihal kemana perginya
Ajo Sidi.
6.6
Ia
juga bertanya apakah Ajo Sidi sudah mengetahui kematian sang kakek penjaga
surau itu.
6.7
Istrinya
menjawab bahwa suaminya sudah mengetahui kematian sang kakek dan langsung
membelikan kain kafan tujuh lapis.
6.8
Ia
bertanya lagi dimana perginya Ajo Sidi kepada istrinya.
6.9
Istrinya
menjawab bahwa Ajo Sidi hanya pergi bekerja.
Sekuen:
a.
Teks:
Robohnya Surau Kami
b.
1,2,3,4,5,dan
6
c.
(2.1,2.2.,2.3),
(3.1,3.2,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9), (4.1,4.2,4.3,4.4),(5.1,5.2,5.3,5.4,5.5,5.6,5.7,5.8,5.9,5.10,5.11,5.12,5.13,5.14),
dan (6.1,6.2,6.3,6.4,6.5,6.6,6.7,6.8,6.9)
Kronologis:
a.
Alur
dari cerita ini bersifat bolak-balik, artinya bahwa cerita ini kembali
menceritakan kilas-baliknya, seperti pada cerita ketika sang penulis bertemu
kakek pejaga surau itu dan sang kakek itu kembali menceritakan masa-masanya
surau itu mulai roboh kesuciannya.
b.
Urutan
peristiwa disingkat P.
c.
Berdasarkan
sekuen, maka P1 diikuti P2 (2.1 sampai 2.3), namun pada P3 (3.1 sampai 3.9)
cerita itu kembali kepada kilas-baliknya dan berlanjut sampai ke P4 (4.1 sampai
4.4), kemudian P5 (5.1 sampai 5.14), dan P6 (6.1 sampai
6.9)
Logis:
a.
Urutan
logis dipaparkan berdasarkan hubungan sebab-akibat.
b.
Analisis
ini menekankan logika cerita namun berbeda pada cerita yang ketiga, sebab
menceritakan kembali kilas-baliknya.
c.
Urutan
alur cerita Robohnya Surau Kami ini bersifat bolak-balik karena perpotongan
alur cerita pada alur ketiga tadi.
d.
Sekuen
1 menceritakan tentang letak surau itu, dan ini berlanjut kepada sekuen yang
kedua.
e.
Sekuen
2 menceritakan tentang keadaan surau itu dan keadaan pemilik surau itu.
f.
Namun
pada sekuen 3 (3.1 sampai 3.9) cerita ini menceritakan kilas-baliknya dan
berlanjut pada sekuen 4 sampai 6.
Fungsi:
Cerpen ini muncul sebagai
sindiran terhadap umat islam yang lebih mementingkan urusan ibadah daripada
urusan dunia dan sindiran terhadap umat Islam di Indonesia yang banyak terjadi
permasalahan dan itu selalu dilakukan oleh umat Islam sendiri.
Tema:
Masalah agama yang terlalu
dipentingkan, lebih mementingkan agama daripada pekerjaan.
Amanat:
a. Jangan terlalu mementingkan diri sendiri.
b. Jangan hanyan berharap ridha Tuhan hanya pada urusan ibadah, sehingga
urusan dunia banyak yang tertinggal.
Latar:
a. Latar Tempat:
Di sebuah perkampungan warga.
b. Latar suasana:
Suasana kesal dari sang kakek penjaga surau itu
terhadap Ajo Sidi.
Tokoh dan watak:
a. Aku (diganti dengan kata ganti ia)
Watak: ingin tahu permasalahan orang lain, terutama terhadap si kakek
penjaga surau itu.
b. Kakek penjaga surau (diceritakan dan digambarkan oleh Ajo Sidi sebagai
Haji Saleh)
Watak: terlalu mementingkan diri sendiri dan mudah percaya terhadap
omongan orang (terutama terhadap apa yang diceritakan oleh Ajo Sidi).
c. Ajo Sidi
Watak: suka membual dan pandai bercerita sehingga orang-orang yang
mendengarnya langsung terpikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar