Selasa, 04 September 2012

Robohnya Surau Kami versi segmen

 
JUDUL: ROBOHNYA SURAU KAMI
TEKSTUAL: ROBOHNYA SURAU KAMI
1.    Maka kira-kira satu kilometer dari pasar akan sampailah di jalan kampung itu. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan terdapat sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.
2.    Dan di pelataran kiri surau itu akan ditemui seorang tua yang biasanya duduk di sana, dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.
2.1         Sebagai penajaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal.
2.2         Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa.
2.3         Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Surau itu sudah menunjukkan tanda-tanda akan hilangnya nilai kesucian.
3.    Sang penulis menceritakan tentang masa lalu yang tidak menyenangkan mengenai kerobohan kesucian surau ini. Biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongeng yang tak dapat disangkal kebenarannya. Kemudian sang penulis menceritakan kisahnya.
3.1         Sekali hari ia datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimanya, karena ia suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram.
3.2         Ia datang ke tempat kakek itu dan menanyakan perihal pisau itu.
3.3         Kakek itu menjawab, bahwa pisau itu adalah milik Ajo Sidi.
3.4         Maka ia ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama ia tak bertemu. Dan ia ingin bertemu lagi. Ia senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya.
3.5         Tiba-tiba ia ingat lagi pada Kakek dan kedatang Ajo Sidi kepadanya.
3.6         Sang kakek menceritakannya sambil ia ingin melampiaskan kemarahan terhadapnya.
3.7         Ia ingin bertanya perihal kelanjutan dari kisahnya dengan Ajo Sidi. Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena ia telah berulang-ulang bertanya, lalu sang kakek bertanya padanya, "Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?"
3.8         Saat muda ia disini. Tak ingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain.Tak kupikirkan hidupnya sendiri. Ia tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupannya, lahir batin, ia serahkan serahkan semuanya kepada Allah Subhanahu wataala. Ia merasa tek pernah menyusahkan orang lain. Tapi kini ia dikatakan manusia terkutuk, umpan neraka.
3.9         Ia merasa kasihan kepada sang kakek dan mengumpat Ajo Sidi.
4.    Sang kakek melanjutkan ceritanya.
4.1         Pada suatu waktu, kata Ajo Sidi memulai bahwa di akhirat, Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh.
4.2         Ia terlihat tenang dalam antrian di Padang Masyar untuk menunggu giliran ditanya oleh Allah perihal kegiatan yang dilakukan sewaktu di dunia.
4.3         Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan beberapa pertanyaan.
4.4         Ketika Tuhan mengajukan pertanyaan di ujung kepada sang kakek, Haji Saleh, ia tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya.
5.    Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
5.1         Tuhan bertanya kembali padanya, namun Haji Saleh merasa sudah cukup untuk menceritakan kebaikannya.
5.2         Dan dengan kemurkaan Tuhan,Haji Saleh langsung dibawa masuk ke neraka dan digiring ke tempat itu.
5.3         Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri.
5.4         Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
5.5         Haji Saleh bertanya perihal perlakuan mereka, namun mereka tidak mengerti alasan mengapa mereka sampai digiring ke neraka.
5.6         Mereka melayangkan protes kepada Tuhan.
5.7         Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai dengan kesaksiannya kepada Tuhan bahwa mereka adalah hamba-Nya yang beriman.
5.8         Namun Tuhan berkata kepada mereka tentang tempat asal mereka sewaktu hidup di dunia.
5.9         Mereka menjawab Indonesia sebagai tempat asal mereka.
5.10      Mereka juga menceritakan keadaan umat manusia termasuk umat muslim di Indonesia yang serba kacau dan tidak menentu serta banyak terjadi permasalahan yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
5.11      Namun dengan kemurkaan-Nya, Ia menyuruh para malaikat untuk menggiringnya ke neraka karena mereka terlalu banyak beribadah, sehingga lupa akan urusan dunia.
5.12      Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah       mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan.
5.13      Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu dan malaikat itu menjawab dengan jawaban yang sama yang diberikan oleh Tuhannya.
5.14      Dan inilah akhir dari cerita yang diberikan Ajo Sidi, yang diceritakan oleh kakek itu (Haji Saleh) kepadanya.
6.    Dan besoknya, ketika ia mau turun rumah pagi-pagi, istrinya berkata apakah ia tak pergi melayat.
6.1         Ia bertanya kepada istrinya mengenai siapa yang meninggal.
6.2         Istrinya menjawab bahwa yang meninggal itu adalah sang kakek penjaga surau itu.
6.3         Sang kakek mati dengan cara menggorok pisau cukur itudi lehernya. Ia mati bunuh diri.
6.4         Ia segera mencari Ajo Sidi ke rumahnya karena ia merasa bahwa ia adalah pelakunya yang menyebabkan sang kakek mati bunuh diri.
6.5         Tapi ia berjumpa dengan istrinya saja. Lalu ia tanya padanya perihal kemana perginya Ajo Sidi.
6.6         Ia juga bertanya apakah Ajo Sidi sudah mengetahui kematian sang kakek penjaga surau itu.
6.7         Istrinya menjawab bahwa suaminya sudah mengetahui kematian sang kakek dan langsung membelikan kain kafan tujuh lapis.
6.8         Ia bertanya lagi dimana perginya Ajo Sidi kepada istrinya.
6.9         Istrinya menjawab bahwa Ajo Sidi hanya pergi bekerja.
Sekuen:
a.    Teks: Robohnya Surau Kami
b.    1,2,3,4,5,dan 6
c.    (2.1,2.2.,2.3), (3.1,3.2,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9), (4.1,4.2,4.3,4.4),(5.1,5.2,5.3,5.4,5.5,5.6,5.7,5.8,5.9,5.10,5.11,5.12,5.13,5.14), dan (6.1,6.2,6.3,6.4,6.5,6.6,6.7,6.8,6.9)
Kronologis:
a.    Alur dari cerita ini bersifat bolak-balik, artinya bahwa cerita ini kembali menceritakan kilas-baliknya, seperti pada cerita ketika sang penulis bertemu kakek pejaga surau itu dan sang kakek itu kembali menceritakan masa-masanya surau itu mulai roboh kesuciannya.
b.    Urutan peristiwa disingkat P.
c.    Berdasarkan sekuen, maka P1 diikuti P2 (2.1 sampai 2.3), namun pada P3 (3.1 sampai 3.9) cerita itu kembali kepada kilas-baliknya dan berlanjut sampai ke P4 (4.1 sampai 4.4), kemudian P5 (5.1 sampai 5.14), dan P6 (6.1 sampai 6.9)
Logis:
a.    Urutan logis dipaparkan berdasarkan hubungan sebab-akibat.
b.    Analisis ini menekankan logika cerita namun berbeda pada cerita yang ketiga, sebab menceritakan kembali kilas-baliknya.
c.    Urutan alur cerita Robohnya Surau Kami ini bersifat bolak-balik karena perpotongan alur cerita pada alur ketiga tadi.
d.    Sekuen 1 menceritakan tentang letak surau itu, dan ini berlanjut kepada sekuen yang kedua.
e.    Sekuen 2 menceritakan tentang keadaan surau itu dan keadaan pemilik surau itu.
f.     Namun pada sekuen 3 (3.1 sampai 3.9) cerita ini menceritakan kilas-baliknya dan berlanjut pada sekuen 4 sampai 6.
Fungsi:
Cerpen ini muncul sebagai sindiran terhadap umat islam yang lebih mementingkan urusan ibadah daripada urusan dunia dan sindiran terhadap umat Islam di Indonesia yang banyak terjadi permasalahan dan itu selalu dilakukan oleh umat Islam sendiri.
Tema:
Masalah agama yang terlalu dipentingkan, lebih mementingkan agama daripada pekerjaan.
Amanat:
a.    Jangan terlalu mementingkan diri sendiri.
b.    Jangan hanyan berharap ridha Tuhan hanya pada urusan ibadah, sehingga urusan dunia banyak yang tertinggal.
Latar:
a.    Latar Tempat:
Di sebuah perkampungan warga.
b.    Latar suasana:
Suasana kesal dari sang kakek penjaga surau itu terhadap Ajo Sidi.
     Tokoh dan watak:
a.    Aku (diganti dengan kata ganti ia)
Watak: ingin tahu permasalahan orang lain, terutama terhadap si kakek penjaga surau itu.
b.    Kakek penjaga surau (diceritakan dan digambarkan oleh Ajo Sidi sebagai Haji Saleh)
Watak: terlalu mementingkan diri sendiri dan mudah percaya terhadap omongan orang (terutama terhadap apa yang diceritakan oleh Ajo Sidi).
c.    Ajo Sidi
Watak: suka membual dan pandai bercerita sehingga orang-orang yang mendengarnya langsung terpikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar